Sebagai salah satu media tanam populer dalam berhidroponik, cocopeat memiliki banyak kelebihan, terutama untuk pehidroponik pemula.
Aku menemukan banyak sekali artikel yang berhubungan dengan cocopeat, namun setelah dibaca, ada banyak info yang tidak tepat sehingga berpotensi misleading atau menimbulkan pemahaman yang keliru. Referensi yang ada disini disarikan dari berbagai jurnal ilmiah dan info dari orang-orang yang ahli dalam bidang berkebun (dan pertanian pada umumnya). Semoga bisa membantu.
Apa itu Cocopeat?
Pertama-tama, kamu sebaiknya tahu apa itu cocopeat sebenarnya.
Biasanya, kalau kita menonsumsi kelapa, yang dikonsumsi hanyalah daging buah dan airnya saja, yang rasanya enak dan segar. Husk atau sabut kelapa dianggap sebagai limbah. Semua material yang ditunjukkan ilustrasi di bawah ini mulai dari exocarp hingga testa adalah produk tidak terpakai…sampai akhirnya beberapa orang menyadari kalau material “sampah” itu bisa digunakan untuk berkebun dan kebutuhan rumah tangga.
Bagian yang ada diantara exocarp hingga testa bisa dikategorikan sebagai sabut kelapa atau coconut coir. Ada dua (2) jenis serat yang bisa dikategorikan sebagai sabut — coklat dan putih. Sabut coklat berasal dari kelapa yang matang dan tua, sehingga teksturnya lebih keras, tetapi ia lebih kuat dan tidak mudah hancur. Sedangkan sabut putih berasal dari kelapa yang masih muda dan belum matang, memiliki tekstur yang lebih lentur tetapi mudah hancur.
Dan hampir semua sabut kelapa yang digunakan untuk berhidroponik adalah sabut coklat, karena ia pun juga diproses terlebih dahulu sebelum digunakan, sehingga bisa tahan lebih lama.
Bagaimana Cara Pembuatan Cocopeat?
Agar sabut kelapa bisa digunakan untuk berhidroponik maupun kebutuhan berkebun lainnya (ia juga bisa digunakan di kebun organik, lho!), cocopeat akan melewati pemrosesan panjang dan lama terlebih dulu.
Pertama, batok kelapa yang sudah diambil daging dan airnya, direndam dengan air untuk melunakkannya dan membuatnya lebih mudah dilepas. Perendaman ini bisa dilakukan dengan menggunakan air laut maupun air tawar. Jika menggunakan air laut, maka saat pemrosesan, sabut harus diguyur dengan air bersih untuk melunturkan garam-garamnya.
Lalu setelah lunak dan bisa dirobek dengan mudah, sabut kelapa dikeluarkan dari perendaman dan kemudian dijemur. Proses penjemuran ini memakan waktu yang cukup lama — bisa sampai 1 tahun. Setelah proses pengeringan yang panjang, sabut-sabut itu akan dipadatkan sehingga membentuk bongkahan. Ada juga yang langsung dicacah menjadi berbagai ukuran — kepingan besar, kepingan kecil, hingga serbuk hasil penggilingan.
Setelah itu, barulah produk media tanam ini siap untuk dikemas sesuai dengan kebutuhan pemasaran dari pabrik yang mengolahnya.
Pro & Kontra Penggunaan Cocopeat
Ada banyak manfaat yang bisa kamu dapatkan dengan menggunakan cocopeat. Tetapi, seperti media tanam yang lain, ia juga memiliki kekurangan, yang menurut saya tidak sulit untuk dihilangkan.
Keunggulan Cocopeat
Mempermudah kamu yang sudah biasa menanam di tanah untuk bertransisi ke hidroponik — Kamu bisa tetap memiliki kebun yang penampilannya menarik seperti jika berkebun di tanah, namun menggunakan campuran cocopeat. Kembali ke kreativitasmu sebagai pekebun saja untuk mengaturnya. Tapi yang perlu diingat, kamu tetap harus melakukan penyiraman larutan nutrisi, karena cocopeat memiliki sifat inert alias netral, jadi tidak mengandung nutrisi dan pH sama sekali.
Menahan kelembapan dengan sangat baik — Cocopeat adalah media tanam yang punya retensi atau kemampuan menahan air paling baik. Ia bisa menahan air hingga sepuluh kali (10x) bobot tubuhnya, sehingga tanaman tidak akan cepat dehidrasi.
Aman untuk lingkungan — Ia bisa dipakai beberapa kali untuk menanam. Aku biasa menggunakannya hingga tiga kali (3x) untuk menghemat, dan kondisinya pun baik-baik saja, tanaman yang dihasilkan pun masih baik.
Tidak disenangi serangga — Serangga tidak terlalu senang untuk “nongkrong” di cocopeat. Ini membuatnya bisa membantumu mengatasi masalah serangga. Tetapi dari pengalamanku sendiri, jika aerasi di media tanam cocopeat tidak terlalu baik, ada saja hama atau penyakit yang menyerang, terutama yang berbentuk fungi atau jamur.
Cocok untuk pemula yang tidak mau menggunakan sistem hidroponik yang rumit — Cocopeat sangat sesuai untuk digunakan sebagai media tanam di sistem hidroponik statis seperti sistem sumbu ataupun guyur. Sampai saat ini, aku pun masih menggunakan sistem guyur untuk beberapa tanaman, termasuk pembenihan.
Kelemahan Cocopeat
Lembam / inert — Ini berarti, cocopeat tidak mengandung nutrisi dan pH sama sekali. Oleh karena itu, kamu harus mengaturnya sendiri. Berbeda dengan banyak artikel yang berkata kalau cocopeat memiliki pH yang rendah, sehingga sesuai untuk hidroponik. Pada kenyataannya, ia memiliki pH yang netral sehingga harus diatur terlebih dulu.
Perlu tambahan nutrisi mikro — Seringkali ditemukan tanaman kekurangan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) jika menggunakan cocopeat sebagai media tanam, sehingga harus ditambahkan sendiri. Aku belum menemukan penyebabnya. Kapan-kapan aku tambahkan informasi itu jika sudah ketemu.
Harus dilembapkan terlebih dulu — Cocopeat dikemas dalam bentuk kering agar ringan. Karena itu, ia harus dibasahi terlebih dulu sebelum dipakai. Yang enaknya adalah, kegiatan ini tidak semerepotkan perawatan pra-tanam dengan rockwool.
Perlu ditambah media lain untuk meningkatkan aerasi — Bentuk cocopeat serbuk yang mudah memadat saat bertemu air dalam jumlah banyak akan menyulitkan akar untuk bernapas. Oleh karena itu, kamu harus mengatur irigasi yang sesuai agar cocopeat tidak menjadi terlalu padat. Dan sebaiknya, kamu mencampurnya dengan media tanam lain seperti perlite, vermicullite, atau pasir kasar (bisa pakai pasir Malang). Ini akan meningkatkan aerasi di perakaran.
Jenis-jenis Cocopeat di Pasaran
1. Serbuk Halus / Cocopeat
Sebenarnya kalau menyebut cocopeat di pasaran, ya bentuknya adalah yang serbuk seperti ini. Ini adalah hasil sabut kelapa yang diambil seratnya kemudian digiling halus. Butirannya kecil dan halus, sangat mudah menyerap kelembapan dan air, sehingga jika digunakan sebagai media tanam tanpa dicampur dengan jenis lain akan menyebabkan akar tanaman sesak napas.
Ia harus diproses hingga menua dengan benar dalam waktu lama supaya bisa meluruhkan garam yang berpotensi membunuh tanamanmu kalau kamu tidak berhati-hati. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, pilihlah cocopeat yang kualitasnya baik dan dari produsen terpercaya.
2. Fiber / Serat Kelapa
Serat kelapa yang bentuknya seperti ijuk yang bersifat tidak menyerap air ini berfungsi untuk menambahkan kantong-kantong udara di dalam cocopeat. Hanya saja, ia cepat rusak dan hancur, jadi kantong udara di media tanammu akan berkurang seiring waktu.
Sebagai catatan, sebaiknya kalau memilih cocopeat jangan yang terlalu halus tanpa ada serat sama sekali. Dengan begitu, kamu tidak harus menambahkan media tanam jenis lain, jadi tetap bisa menekan biaya yang harus kamu keluarkan.
3. Cocochips / Kepingan
Ini adalah sabut kelapa yang sudah diproses kemudian dipadatkan dan dipotong-potong dengan ukuran besar. Bisa digunakan juga sebagai campuran untuk serbuk dan serat kelapa yang sudah kamu beli. Karena ukurannya besar, bisa meningkatkan aerasi di perakaran, sekaligus membantu menyerap dan menyimpan larutan nutrisi dalam waktu cukup lama, sehingga tanamanmu tidak mengalami dehidrasi.
Cara Memilih Cocopeat yang Berkualitas
Faktor paling penting untuk menghasilkan cocopeat yang berkualitas adalah bagaimana ia dipanen, disiapkan, dan diproses. Karena faktor-faktor ini bukanlah sesuatu yang bisa kamu kontrol, makanya sebaiknya kamu memilih penyedia/produsen yang memang menjalankan praktik produksi terbaik.
Setelah sabut dipisahkan dari kelapa, ia disimpan dalam tumpukan selama beberapa tahun. Ini membuatnya berisiko terkena patogen karena pH normal yang dimiliki sabut kelapa. Sebagian besar produsen yang mengalami ini akan mensterilkan sabut dengan bahan kimia, sehingga siap digunakan di kebun. Ini memiliki risiko juga, karena ia dapat secara prematur memecah serat dan gambut, dan membuatnya hancur lebih cepat.
Pabrikan cocopeat yang terbaik akan mengontrol produksinya dengan seksama, dengan cara: – Menghindari situasi kondusif untuk munculnya patogen. – Memiliki sistem tersendiri yang dapat memonitor proses penuaan sabut kelapa. – Mencuci dan membilas sabut agar bebas dari garam. – Mencampur serbuk, serat dan kepingan untuk menciptakan media tanam berbasis kelapa yang seimbang. – Mengemas dan menyimpan produk mereka secara tepat.
Kalau kedengarannya repot… YA MEMANG! Untungnya kamu tidak perlu melakukan hal demikian. Kalau ke toko pertanian, tanyakan apa cocopeat yang paling berkualitas, dan bagaimana efeknya terhadap tanaman.
Nutrisi Apa yang Sesuai untuk Digunakan Bersama Cocopeat
Karena sabut kelapa adalah media tanam yang inert alias tidak memiliki kandungan nutrisi sama sekali, kamu harus memberinya nutrisi agar bisa digunakan untuk menumbuhkan tanamanmu. Ingat ya, ini adalah media tanam hidroponik, sekalipun kamu hanya menggunakan serbuk kelapa saja. Dia tidak akan berubah menjadi media tanam organik siap pakai.
Kalau ada orang yang bilang bahwa cocopeat butuh nutrisi khusus, itu tidak sepenuhnya benar. Hanya saja, jika kamu sudah menemukan tanda-tanda kekurangan kalsium dan/atau magnesium, maka tambahkan saja. Tapi selama ini aku belum pernah mengalami kekurangan dua elemen tersebut dalam level berat, sih. Jadi aku bisa bilang, cocopeat aman dan mudah untuk dipakai.