Kalau kamu sepertiku, mungkin kamu juga memulai menanam dengan menggunakan tanah. Aku memulai dengan membeli kit tanam bunga Matahari di supermarket hardware merah yang terkenal itu. Setelah membongkar semua isi kitnya dan menanam sesuai dengan cara tanam yang disertakan. Singkatnya, dalam beberapa hari, semaianku mati. 😅
Lalu, aku berhenti sebentar untuk refleksi kesalahan. Sedih rasanya melihat semaian pertama mati. Sambil berjalan-jalan di toko buku, aku menemukan buku komik Hidroponik untuk Semua, yang ditulis oleh tim Wealth & Grow bersama dengan komunitas BBH alias Belajar Bareng Hidroponik. Akupun akhirnya masuk ke komunitas ini. Disitu, aku banyak kenal dengan orang-orang yang sudah lebih sukses berhidroponik, bahkan sampai membangun bisnis dengannya.
Dari hasil belajar dan eksperimenku, aku jadi ketagihan. Dan semakin jelas bagiku bahwa menanam hidroponik jauh lebih unggul daripada menggunakan tanah—baik untuk pertanian skala besar maupun pekebun rumahan sepertiku.
Keunggulan Hidroponik
Aku menyusun daftar keunggulan hidroponik, yang sampai sekarang masih aku terapkan di teras rumahku yang sangat sempit. Mungkin, kamu juga jadi bisa belajar dari sini!
1. Hemat Tempat
Hidroponik menghemat tempat yang besar dibandingkan dengan berkebun secara tradisional di tanah. Kalau di tanah, akar tanaman membutuhkan ruang untuk menyebar agar dapat mencari air, oksigen dan unsur hara. Kalau di hidroponik, akar tanaman terendam dalam larutan nutrisi yang teroksigenasi. Ini membantu untuk penyerapan unsur hara dan air menjadi lebih baik.
Selain itu, kalau tanaman tumbuh terlalu rapat di tanah akan lebih mudah terserang penyakit.
2. Hemat Air
Coba ingat-ingat seberapa banyak kamu menyiram tanamanmu dengan air. Biasanya, setiap beberapa hari sekali kamu akan menyiram air dalam jumlah banyak ke tanaman, untuk memastikan mereka “minum” dengan cukup.
Padahal, tidak semua air yang kamu siramkan itu dapat diserap oleh akar tanaman. Sebagian besarnya akan terbuang ke bawah tanah dan mengalir sampai sungai, lalu ada juga yang menguap / berevaporasi. Yang diserap oleh tanaman hanya sedikit. Saat airnya kering, tanaman jadi sulit menyerap oksigen. Ini akan menyebabkan unsur hara jadi lebih sulit diserap oleh akar.
3. Tidak Perlu Menyiangi Rumput
Hayo, siapa diantara kamu yang sebal karena banyak rumput yang tumbuh di sekitar tanaman, tapi malas mencabutinya karena terlalu banyak? 😂 Aku juga begitu, sih. Makanya, sejak berhidroponik, aku senang sekali karena tidak ada lagi tugas mencabuti rumput. Tanaman juga jadi tumbuh lebih baik karena “jatah makanannya” tidak diserobot oleh tanaman lain yang tidak diinginkan.
4. Minim Hama dan Penyakit
Ingat, minim ya! Bukan tidak ada sama sekali. Dengan hidroponik, jadi lebih mudah mengawasi pertumbuhan hama, karena yang diperhatikan paling pertama hanya tanaman dan larutan nutrisinya saja. Kalau ada masalah jadi lebih mudah kelihatan. Sedangkan tanah sendiri menyimpan banyak bibit penyakit, jamur, virus, dan hama. Ini menyulitkan, karena mendeteksinya jauh lebih sulit.
5. Hemat Waktu Dari Dua Sisi: Pelaku dan Tanaman
Selain bisa menghemat waktu dari sisi kita sebagai penanam, hidroponik juga membantu tanaman untuk tumbuh lebih cepat. Kok bisa?
Tanaman hanya butuh air, unsur hara, CO2, O2, dan cahaya untuk tumbuh. Kalau kebutuhannya sudah disediakan semua dihadapannya, mereka hanya tinggal mengonsumsinya saja, agar bisa berproduksi. Sedangkan kalau menanam di tanah, akar harus menyesuaikan diri untuk dapat menyerap kebutuhan mereka yang tersimpan disitu. Ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
6. Bisa Mengontrol Pertumbuhan Tanaman
Karena berbagai variabel pertumbuhan tanaman sudah diatur sedemikian rupa, ini akan mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai dengan cara yang ditetapkan, agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Misal: jika ingin mendapat sayuran Selada yang renyah dengan warna yang cerah tetapi tidak pahit, berarti larutan nutrisi dan intensitas cahaya perlu diatur. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan hasil panen dengan tampilan dan rasa yang mendekati keinginan.
Dari sisi bisnis, ini sangat menguntungkan. Misal untuk pertanian tomat hidroponik skala puluhan hektar seperti yang ada di Belanda atau Spanyol. Jika tomat yang dihasilkan rasa dan tampilannya tidak seimbang atau tidak sesuai dengan selera, maka konsumen enggan membelinya. Untuk itu, perlu dilakukan industrialisasi produksi agar menghasilkan komoditi yang sesuai dengan selera pasar.
7. Bisa Jadi Ilmuwan Ala-ala
Sesuai dengan poin nomor 6, ketika kita bisa mengontrol pertumbuhan tanaman dan mendapatkan hasil sesuai keinginan, rasanya seperti menjadi seorang ilmuwan tanaman! 🥰 Dari situ, kita juga bisa membuat “resep menanam” yang sesuai dengan kondisi di kebun kita sendiri. Karena pada umumnya, beda lokasi akan beda kondisinya. Disitulah pentingnya untuk terus mencoba menemukan pengaturan yang tepat. Di tanah juga bisa sih, tapi kan lama!
Kelihatannya, hidroponik ini menjanjikan sekali, ya! Walaupun begitu, ada juga harga kecil yang harus dibayar. Misalnya, tanah dapat berfungsi sebagai buffer atau penahan jika kita berlebihan memberikan nutrisi (pupuk). Sedangkan jika di hidroponik, karena tanaman akan langsung menyerap larutan yang diberikan, maka berbahaya ketika kita memberi dosis nutrisi yang terlalu tinggi. Ini akan berakibat ke kerugian materi juga.
Selain itu, perlu dilihat apa yang akan kita tanam. Memang sih, di hidroponik bisa menanam apa saja… Tapi, apa iya, kamu mau menanam pohon mangga yang baru akan berbuah setelah beberapa tahun? Biaya yang harus kamu keluarkan untuk membesarkan pohon itu dengan hidroponik tentu akan besar sekali. Ya, kalau mau coba-coba sih silahkan saja.
Baca juga: 8 Jenis Sayuran Hidroponik yang Lebih Cepat Tumbuh
Kalau buatku, tanaman yang sebaiknya ditanam di hidroponik adalah tanaman yang bisa dipanen dalam kurun waktu 3-6 bulan. Karena lebih dari itu, maka sudah tidak ekonomis lagi.
Apa lagi yang kamu tunggu?
Aku sudah kasih 7 alasan kalau menanam di hidroponik lebih menguntungkan daripada di tanah. Kamu tidak perlu memulai dengan langsung membeli sistem tanam besar. Coba saja dengan kit-kit sederhana seharga Rp100-150ribu yang banyak dijual di berbagai marketplace lokal. Mulai dari yang paling sederhana yang tidak menggunakan listrik, dan bertahap naik kelas.
Semoga kamu sukses berhidroponik, ya!
Kredit: Foto dari Lettuce Grow di Unsplash