Kategori
Season 1

#32: Berkebun Hidroponik Produktif di Lahan Sempit

berkebun hidroponik produktif bersama fitri ridhaningati
Kategori
Hidroponik

7 Alasan Menanam Hidroponik Lebih Baik daripada di Tanah

Kalau kamu sepertiku, mungkin kamu juga memulai menanam dengan menggunakan tanah. Aku memulai dengan membeli kit tanam bunga Matahari di supermarket hardware merah yang terkenal itu. Setelah membongkar semua isi kitnya dan menanam sesuai dengan cara tanam yang disertakan. Singkatnya, dalam beberapa hari, semaianku mati. 😅

Lalu, aku berhenti sebentar untuk refleksi kesalahan. Sedih rasanya melihat semaian pertama mati. Sambil berjalan-jalan di toko buku, aku menemukan buku komik Hidroponik untuk Semua, yang ditulis oleh tim Wealth & Grow bersama dengan komunitas BBH alias Belajar Bareng Hidroponik. Akupun akhirnya masuk ke komunitas ini. Disitu, aku banyak kenal dengan orang-orang yang sudah lebih sukses berhidroponik, bahkan sampai membangun bisnis dengannya.

Dari hasil belajar dan eksperimenku, aku jadi ketagihan. Dan semakin jelas bagiku bahwa menanam hidroponik jauh lebih unggul daripada menggunakan tanah—baik untuk pertanian skala besar maupun pekebun rumahan sepertiku.

kebun hidroponik
Kebun hidroponik pertamaku di Tangerang Selatan, tahun 2015.

Keunggulan Hidroponik

Aku menyusun daftar keunggulan hidroponik, yang sampai sekarang masih aku terapkan di teras rumahku yang sangat sempit. Mungkin, kamu juga jadi bisa belajar dari sini!

1. Hemat Tempat

Hidroponik menghemat tempat yang besar dibandingkan dengan berkebun secara tradisional di tanah. Kalau di tanah, akar tanaman membutuhkan ruang untuk menyebar agar dapat mencari air, oksigen dan unsur hara. Kalau di hidroponik, akar tanaman terendam dalam larutan nutrisi yang teroksigenasi. Ini membantu untuk penyerapan unsur hara dan air menjadi lebih baik.

Selain itu, kalau tanaman tumbuh terlalu rapat di tanah akan lebih mudah terserang penyakit.

2. Hemat Air

Coba ingat-ingat seberapa banyak kamu menyiram tanamanmu dengan air. Biasanya, setiap beberapa hari sekali kamu akan menyiram air dalam jumlah banyak ke tanaman, untuk memastikan mereka “minum” dengan cukup.

Padahal, tidak semua air yang kamu siramkan itu dapat diserap oleh akar tanaman. Sebagian besarnya akan terbuang ke bawah tanah dan mengalir sampai sungai, lalu ada juga yang menguap / berevaporasi. Yang diserap oleh tanaman hanya sedikit. Saat airnya kering, tanaman jadi sulit menyerap oksigen. Ini akan menyebabkan unsur hara jadi lebih sulit diserap oleh akar.

3. Tidak Perlu Menyiangi Rumput

Hayo, siapa diantara kamu yang sebal karena banyak rumput yang tumbuh di sekitar tanaman, tapi malas mencabutinya karena terlalu banyak? 😂 Aku juga begitu, sih. Makanya, sejak berhidroponik, aku senang sekali karena tidak ada lagi tugas mencabuti rumput. Tanaman juga jadi tumbuh lebih baik karena “jatah makanannya” tidak diserobot oleh tanaman lain yang tidak diinginkan.

4. Minim Hama dan Penyakit

Ingat, minim ya! Bukan tidak ada sama sekali. Dengan hidroponik, jadi lebih mudah mengawasi pertumbuhan hama, karena yang diperhatikan paling pertama hanya tanaman dan larutan nutrisinya saja. Kalau ada masalah jadi lebih mudah kelihatan. Sedangkan tanah sendiri menyimpan banyak bibit penyakit, jamur, virus, dan hama. Ini menyulitkan, karena mendeteksinya jauh lebih sulit.

5. Hemat Waktu Dari Dua Sisi: Pelaku dan Tanaman

Selain bisa menghemat waktu dari sisi kita sebagai penanam, hidroponik juga membantu tanaman untuk tumbuh lebih cepat. Kok bisa?

Tanaman hanya butuh air, unsur hara, CO2, O2, dan cahaya untuk tumbuh. Kalau kebutuhannya sudah disediakan semua dihadapannya, mereka hanya tinggal mengonsumsinya saja, agar bisa berproduksi. Sedangkan kalau menanam di tanah, akar harus menyesuaikan diri untuk dapat menyerap kebutuhan mereka yang tersimpan disitu. Ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

6. Bisa Mengontrol Pertumbuhan Tanaman

Karena berbagai variabel pertumbuhan tanaman sudah diatur sedemikian rupa, ini akan mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai dengan cara yang ditetapkan, agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Misal: jika ingin mendapat sayuran Selada yang renyah dengan warna yang cerah tetapi tidak pahit, berarti larutan nutrisi dan intensitas cahaya perlu diatur. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan hasil panen dengan tampilan dan rasa yang mendekati keinginan.

Dari sisi bisnis, ini sangat menguntungkan. Misal untuk pertanian tomat hidroponik skala puluhan hektar seperti yang ada di Belanda atau Spanyol. Jika tomat yang dihasilkan rasa dan tampilannya tidak seimbang atau tidak sesuai dengan selera, maka konsumen enggan membelinya. Untuk itu, perlu dilakukan industrialisasi produksi agar menghasilkan komoditi yang sesuai dengan selera pasar.

7. Bisa Jadi Ilmuwan Ala-ala

Sesuai dengan poin nomor 6, ketika kita bisa mengontrol pertumbuhan tanaman dan mendapatkan hasil sesuai keinginan, rasanya seperti menjadi seorang ilmuwan tanaman! 🥰 Dari situ, kita juga bisa membuat “resep menanam” yang sesuai dengan kondisi di kebun kita sendiri. Karena pada umumnya, beda lokasi akan beda kondisinya. Disitulah pentingnya untuk terus mencoba menemukan pengaturan yang tepat. Di tanah juga bisa sih, tapi kan lama!

Kelihatannya, hidroponik ini menjanjikan sekali, ya! Walaupun begitu, ada juga harga kecil yang harus dibayar. Misalnya, tanah dapat berfungsi sebagai buffer atau penahan jika kita berlebihan memberikan nutrisi (pupuk). Sedangkan jika di hidroponik, karena tanaman akan langsung menyerap larutan yang diberikan, maka berbahaya ketika kita memberi dosis nutrisi yang terlalu tinggi. Ini akan berakibat ke kerugian materi juga.

Selain itu, perlu dilihat apa yang akan kita tanam. Memang sih, di hidroponik bisa menanam apa saja… Tapi, apa iya, kamu mau menanam pohon mangga yang baru akan berbuah setelah beberapa tahun? Biaya yang harus kamu keluarkan untuk membesarkan pohon itu dengan hidroponik tentu akan besar sekali. Ya, kalau mau coba-coba sih silahkan saja.

Baca juga: 8 Jenis Sayuran Hidroponik yang Lebih Cepat Tumbuh

Kalau buatku, tanaman yang sebaiknya ditanam di hidroponik adalah tanaman yang bisa dipanen dalam kurun waktu 3-6 bulan. Karena lebih dari itu, maka sudah tidak ekonomis lagi.

Apa lagi yang kamu tunggu?

Aku sudah kasih 7 alasan kalau menanam di hidroponik lebih menguntungkan daripada di tanah. Kamu tidak perlu memulai dengan langsung membeli sistem tanam besar. Coba saja dengan kit-kit sederhana seharga Rp100-150ribu yang banyak dijual di berbagai marketplace lokal. Mulai dari yang paling sederhana yang tidak menggunakan listrik, dan bertahap naik kelas.

Semoga kamu sukses berhidroponik, ya!


Kredit: Foto dari Lettuce Grow di Unsplash

Kategori
Hidroponik

Sejarah Hidroponik dan Budaya Pertanian Masa Lampau

Yang perlu temenanem ketahui, hidroponik adalah salah satu produk budaya pertanian dimana praktik menanam tanaman hanya menggunakan air, nutrisi tanaman, dan media tanam. Kata hidroponik sendiri berasal dari hydro yang artinya air, dan ponos yang artinya bekerja. Jika digabungkan, maknanya adalah bekerja dengan air.

Walaupun terdengar futuristik, padahal sebenarnya tidak.

Hidroponik di Masa Lalu

Salah satu contoh penanaman dengan hidroponik tertua dan termegah adalah Taman Gantung Babilonia, yang oleh beberapa ilmuwan dikoreksi menjadi Taman Gantung Nineveh. Contoh lainnya adalah Chinampa yang dibangun oleh suku Aztec di abad ke-16 dan juga Taman Apung Cina. Orang-orang di berbagai peradaban tersebut sudah menggunakan hidroponik sejak ribuan tahun silam.

1. Taman Gantung Babilonia (Nineveh)

Taman Gantung Babylonia oleh Ferdinand Knab

Dikisahkan, pada abad ke-6 sebelum Masehi, taman yang dibangun oleh raja Nebuchadnezzar II ini adalah taman terindah di masanya, yang dihadiahkan untuk istri terkasih—Amytis—sebagai bukti cinta. Istrinya saat itu sedang sakit karena rindu rumahnya di Media (barat laut Iran masa kini). Untuk membuat daerah Babilonia yang seperti gurun ini subur, sebuah proyek mahakarya yang melibatkan rekayasa engineering dibangun. Para ilmuwan dan sejarawan mempercayai bahwa sistem pompa kuno, roda air dan tandon sudah digunakan untuk menaikkan air dari sungai Eufrat ke bagian teratas dari taman ini.

2. Chinampa ala Aztec

Chinampas of Aztec
Foto dari EzGro Garden

Suku Aztec adalah suku yang nomadik, alias berpindah-pindah. Di suatu masa, suku ini mulai tertarik untuk menetap di sekitaran danau Tenochtitlan, yang kini dikenal sebagai Meksiko. Tetapi disitu mereka dimusuhi tetangganya yang lebih kuat dan sudah terlebih dulu membangun peradaban. Karena tetangganya tidak memperbolehkan mereka membangun lahan pertanian, maka suku Aztec pun mulai berinovasi.

Mereka tinggal di sekitar danau dan pantai rawa yang basah dengan jumlah populasi yang terus berkembang. Dan karena hanya itulah yang mereka miliki, maka harus dipakai untuk menanam bahan pangan. Setelah melalui proses panjang berbuah kesalahan dan kegagalan, mereka belajar untuk membuat rakit dari tanaman dan alang-alang yang diikat dengan akar yang kuat. Dasar danau yang dangkal dikeruk untuk dijadikan media tanam, karena residu yang berasal dari tanaman yang mati dan tenggelam di danau adalah sumber organik yang baik untuk tanaman. Pupuknya? Berasal dari kotoran manusia dan hewan. Mungkin karena di jaman itu, orang-orang Aztec tidak makan makanan yang aneh-aneh, jadi kotorannya masih bisa digunakan untuk pupuk? 😆

Rakit-rakit yang mereka bangun awalnya berukuran kecil. Lama kelamaan, ukurannya membesar, dan bisa digabungkan dengan rakit-rakit lain, bahkan yang dilengkapi gubuk untuk tempat tinggal si pekebun.

Orang-orang suku Aztec menggunakan Chinampa hingga sekitar abad ke-19, namun jumlahnya terus menurun. Kini ada beberapa Chinampa yang masih bisa ditemui di Meksiko, namun mereka bekerja dalam “isolasi”, karena lahan yang digunakan sebagai Chinampa adalah lahan-lahan di pelosok daerah. Padahal, seharusnya sistem ini pun bisa dijalankan di kota moderen.

3. Taman Apung Cina

Taman Apung China
Foto dari PermacultureNews.org

Di Cina, taman apung adalah penanaman dengan memanfaatkan danau. Modelnya mirip dengan Chinampa milik suku Aztec. Namun sesuai dengan catatan Marco Polo di jurnal perjalanannya yang terkenal, sistem tanam dengan air ini digunakan untuk menanam padi. Hanya saja, tidak banyak penelitian sejarah yang mempelajari kegiatan ini.

Seperti yang kita tahu, hingga sekarang padi ditanam dengan menggunakan air yang sangat banyak. Ini bisa dicapai lebih mudah dengan memanfaatkan danau ataupun sungai dengan aliran yang tenang.

Hidroponik Modern

Referensi penanaman hidroponik moderen paling awal yang bisa ditemui (dalam kurun 100 tahun) dilakukan oleh seorang pria bernama William Frederick Gericke. Ia adalah seorang ahli nutrisi tanaman dari University of California, yang juga membuat nama “hidroponik” itu sendiri. Saat bekerja disana, ia mulai mempopulerkan konsep menanam dengan larutan nutrisi, bukan hanya dengan air, dan tidak menggunakan tanah.

William Frederick Gericke
Acc 90-105, Box 8, Folder Portraits Ger

Seperti kebanyakan penelitian non populer, kolega-koleganya meragukan konsep tersebut. Namun Gericke berhasil membuktikan kalau mereka salah, dengan menanam tomat hingga mencapai ketinggian 25 kaki (sekitar 7,6 meter) hanya dengan menggunakan larutan nutrisi saja.

Eksperimen Gericke berhasil menginisiasi penelitian-penelitian lanjutan seputar hidroponik. Termasuk penelitian yang membuktikan banyak manfaat yang bisa didapat dari menanam secara hidroponik dibandingkan dengan menanam di tanah.

Keuntungan Hidroponik

Salah satu keuntungan besar dari menanam secara hidroponik adalah konservasi / penghematan air. Ketika menanam tanaman di tanah, banyak air yang terbuang, karena adanya faktor evaporasi air dan juga air yang terbuang ke bawah tanah. Terlalu banyak air bisa membuat tanaman sesak nafas karena tidak bisa menyerap Oksigen, tetapi kekurangan air juga membuat tanaman kering lalu mati.

Hidroponik menyelesaikan masalah-masalah ini dengan tiga cara:

1. Reservoir Nutrisi Beroksigen

Air yang ada di tandon / reservoir bisa diberi oksigen secara konstan, supaya akar tanaman mendapat suplai oksigen yang optimal. Permasalahan penyiraman yang terlalu banyak bisa diselesaikan, karena tidak ada lagi tanah yang menutupi akar.

2. Penggunaan Air Lebih Sedikit

Hidroponik menggunakan air lebih sedikit karena airnya disirkulasi. Pada pertanian tradisional, air disiramkan ke tanaman. Padahal, hanya sejumlah kecil darinya yang bisa diserap oleh tanaman. Sebagian besarnya hilang karena menguap (evaporasi) ke udara, atau lari ke bawah tanah. Sedangkan di hidroponik, air yang tidak terpakai oleh tanaman akan dimasukkan lagi ke tandon, bergabung dengan larutan nutrisi disitu, siap digunakan di siklus “penyiraman” berikutnya. Untuk area yang kering dan gersaing, ini adalah keuntungan yang masif.

3. Kontrol Penanaman Secara Penuh

Penanam hidroponik punya kontrol menyeluruh terhadap sistemnya. Hama dan penyakit jauh lebih mudah dikendalikan—karena lingkungan tanamnya lebih mudah dipindah, dan juga diangkat dari tanah. Ini akan menyulitkan hama untuk menggapai tanaman mereka. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan tanah secara langsung jadi nihil. Yang terakhir, pekebun juga punya kendali penuh atas nutrisi yang diberikan pada tanaman. Ini tentunya dapat menghemat biaya, karena disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Pertanian di Masa Depan

Baca juga: Mari Berimajinasi tentang Agrikultur di Masa Depan

Dengan semua keuntungan ini, nampaknya tidak ada masalah dengan hidroponik, ya? Tidak juga, sebenarnya. Tanah berfungsi sebagai penahan jika ada kesalahan, misalnya saat pemberian nutrisi. Di hidroponik, jika ada kesalahan pemberian nutrisi, imbasnya ke biaya operasional yang meningkat, dan juga resiko gagal panen. Selain itu, lingkungan tanam hidroponik yang lebih lembap (karena ada air yang banyak) dapat lebih mudah diserang jamur dan lumut, yang juga dapat menggagalkan panen.

Foto dari ATFS Lab

Menurutku, ini adalah harga kecil yang mesti dibayarkan untuk perkembangan besar yang dibawa oleh hidroponik, jika dibandingkan dengan pertanian tradisional dengan menggunakan tanah.

Dan dengan semakin berkurangnya jumlah air bersih serta kebutuhan pangan yang terus meningkat di seluruh dunia, buatku hidroponik adalah solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah ini, dengan cara-cara yang lebih lestari dan berkesadaran ekologi.

Hidroponik adalah pertanian di masa depan!