Kategori
Perawatan Tips & Trik

5 Tips Supaya Berkebun Jadi Lebih Mudah

Para peneliti menemukan fakta bahwa berkebun adalah kegiatan yang membuat orang lebih bahagia hingga bisa hidup sampai usia 100-an tahun. Mulai dari usia yang lebih panjang hingga peningkatan kualitas kesehatan mental, menghabiskan waktu di kebun dengan merawat tanaman terbukti memberikan manfaat yang luar biasa. Dengan manfaat yang begitu banyak, mengapa kegiatan yang harus berkotor-kotor, berkeringat dan menghabiskan tenaga ini jadi tidak diminati banyak orang?

Seorang kakek masih berkebun di usia tuanya

Berkebun memang kegiatan yang cukup sulit dan berat, karena membutuhkan perhatian dan kerja fisik yang konstan. Ia pun memiliki tantangannya sendiri, yang seakan-akan tidak ada habisnya. Tetapi menurut para pekebun veteran, justru kegiatan ini membuat tubuh dan pikiran kita jadi lebih sehat. Manfaat yang dirasakan, menurut mereka, jauh lebih besar daripada kerja fisik dan emosional yang dikeluarkan. Dan jika bicara soal berkebun, pekerjaan yang berat tentu akan mendapatkan imbalan yang setimpal.

Walaupun mungkin kamu hanya punya sedikit pengalaman atau bahkan tidak sama sekali, setelah dijalani, sebenarnya berkebun itu tidak memerlukan banyak usaha ekstra yang menghabiskan tenaga, lho.

Seperti apa kerja fisik yang dilakukan di kebun?

Sebagian besar kegiatan berkebun membutuhkan kerja fisik yang cukup berat. Hal-hal yang sulit misalnya seperti mencangkul, mengangkut tanah dan mulsa, menggali, mencabut gulma berukuran besar dengan akar yang sudah menjalar kemana-mana, atau meratakan tanah menggunakan peralatan tangan. Tapi ada juga kerja fisik yang mudah seperti memangkas ranting, menyemai benih, merawat bibit, menyiram dan memupuk tanaman.

Menggali dan mengangkut tanah galian adalah contoh bekerja fisik di kebun

Jika kamu tertarik untuk berkebun dan merasakan manfaatnya, jangan biarkan tantangan kerja fisiknya membuatmu patah semangat dan batal melakukannya. Dan bahkan, banyak juga lho pekebun veteran yang punya keterbatasan fisik dan gerak yang masih rajin berkebun.

Apa hal tersulit dalam berkebun yang berpengaruh secara emosional?

Di saat kita sudah mengeluarkan usaha ekstra dan kerja fisik yang besar, terkadang ada saja hal-hal yang ada di luar kendali. Berbagai masalah muncul di kebun, dan seringnya pekebun pemula tidak tahu apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya.

Ini akan membuat pekebun terpengaruh secara emosional. Sedih, marah, kecewa, sesal dan berbagai perasaan duka muncul. Tetapi, disitulah letak keunikan aktivitas ini. Ia mengajarkan bahwa mengeluarkan berbagai emosi dan mengenalinya itu baik. Dan disaat bersamaan, ia juga bisa mengajarkan agar pekebun tidak mudah menyerah begitu saja, karena dari kesalahan yang terjadi ada pelajaran yang bisa dipetik dan diperbaiki di masa depan.

Apakah merawat kebun itu pekerjaan yang sulit?

Bagian perawatan kebun justru lebih mudah daripada bagian persiapan. Biasanya kegiatan ini hanya membutuhkan waktu lebih banyak, tapi tidak terlalu melelahkan secara fisik.

Jenis tanaman yang ditanam juga akan berpengaruh sangat besar terhadap perawatan kebun yang diperlukan. Beberapa tanaman mungkin akan membutuhkan perawatan dan perhatian ekstra, tetapi pekebun juga bisa memilih tanaman yang minim perawatan.

Jika ada jenis tanaman tertentu yang sulit hidup di kebun kita, belum tentu itu adalah karena kesalahan kita sepenuhnya. Bisa saja karena memang ia tidak cocok hidup disitu. Nah, jika kamu menginginkan kebun yang minim perawatan, hindari tanaman yang memang cukup sulit dirawat.

Lalu bagaimana agar kegiatan berkebun menjadi lebih mudah?

1. Tanam Tanaman Menahun / Perennial

perennials illustration

Bagian tersulit dari berkebun adalah memulai menanam tanaman. Semakin sedikit jumlah tanaman yang ditanam, perawatannya akan jadi lebih mudah.

Tanaman menahun (perennial) adalah pilihan paling mudah untuk memiliki kebun yang minim perawatan. Usianya lebih dari satu musim, jadi bisa mengurangi pekerjaan fisik yang cukup berat di awal masa tanam.

Sedangkan tanaman semusim hanya bisa ditanam dalam satu musim tanam saja, setelah itu mati. Jadi sebenarnya lebih banyak menghabiskan waktu dan tenaga untuk menanam dan memeliharanya.

Tanaman menahun cukup minim perawatan seperti memupuk, memangkas dan menyiram saja, jadi lebih hemat waktu dan tenaga.

2. Pilih Spesies Asli / Lokal

Alfa menanam Hosta yang berasal dari hutan tropis Asia

Ketika ada pekebun yang mendeskripsikan sebuah tanaman sebagai tanaman yang sulit ditanam, biasanya bukan berarti karena si tanaman ini lemah, tapi karena ada kebutuhannya yang tidak bisa dipenuhi oleh iklim lokal.

Mengisi kebun dengan spesies asli/lokal akan mengeliminasi banyak sekali pekerjaan tambahan hanya untuk menjaga tanaman tetap hidup. Selain memberi banyak manfaat bagi ekosistem lokal, kita juga berkontribusi untuk menciptakan kebun yang lestari dan mengurangi jejak karbon.

3. Gunakan Kontainer dan Bedengan Timbul / Raised Bed

Bedengan timbul / raised bed yang terbuat dari kayu cocok untuk di tempat tropis
Bedengan timbul / raised bed dari kayu cocok untuk di tempat tropis

Berlutut, membungkuk dan berjongkok akan menyebabkan masalah pada persendian, apalagi kalau banyak sekali waktu yang dihabiskan di kebun.

Raised bed atau bedengan timbul adalah pilihan yang terbaik bagi pekebun yang punya keterbatasan gerak fisik. Ia bisa disesuaikan dengan kebutuhan fisik serta lahan yang dimiliki.

Walaupun banyak pekebun menggunakan raised bed untuk mengurangi beban pada persendian, ada juga yang menggunakannya untuk menghindari kegiatan menggali tanah di kebun.

4. Investasi ke Peralatan yang Tepat

Peralatan berkebun untuk mempermudah: selang, sekop dan garpu mini, pisau kebun, garu kebun, gembor air, gunting tanaman, sarung tangan, sekop besar, sabit gulma, dan tali.
Peralatan ini sebaiknya dimiliki untuk mempermudah kegiatan berkebun

Memiliki akses ke alat yang tepat dapat membuat berkebun lebih mudah dan mengimbangi kekuatan dan gerak yang terbatas.

Saat membeli peralatan, pastikan kalau alat tersebut nyaman digenggam dan digunakan, serta tahan lama.

Perawatan peralatan yang dimiliki juga tak kalah penting. Jadi pastikan kalau peralatan selalu dirawat dengan cara yang tepat supaya tahan lama. Peralatan yang tahan lama tentu akan menghemat uang juga.

5. Pekerjakan Tukang Kebun untuk Membantu

Hikari sudah cocok jadi tukang kebun, ‘kan? 😂

Jika merasa kurang pengetahuan, peralatan, waktu ataupun keterbatasan fisik untuk mengerjakan sebuah proyek, gunakan jasa tukang kebun pembantu.

Banyak pekebun yang mempekerjakan orang lain untuk membantu di proyek-proyek besar seperti memasang raised bed baru, meratakan permukaan tanah yang luas, menggali tanah untuk keperluan irigasi, dan lainnya.

Kamu juga bisa mempekerjakan tukang kebun profesional untuk mengunjungi kebun secara berkala dan melakukan perawatan rutin seperti memangkas pohon atau memupuk. Selain untuk menghindari kesalahan, kamu juga jadi bisa belajar dengan cara yang benar.

Kesimpulan

Berkebun memang sulit. Tapi hal yang terbaik dari berkebun adalah kita akan mendapatkan imbalan yang sesuai dari tenaga, waktu, perhatian dan biaya yang dikeluarkan untuknya. Jangan karena takut kotor dan berkeringat maka lantas menghindari kegiatan bermanfaat ini.

Menghabiskan waktu di kebun memberi manfaat mental dan fisik, terlepas dari apakah kita perlu mengurangi usaha menyesuaikan dengan keterampilan atau kemampuan fisik saat ini atau tidak. Bahkan cedera ataupun penuaan sendi tidak menjadikan banyak pekebun senior meninggalkannya.

Di banyak kasus, akomodasi fisik yang sederhana pun bisa meringankan beban baik bagi pekebun senior ataupun yang masih muda. Dengan membuat kebun yang lebih mudah diakses, dan terus mendorong pekebun baru untuk terjun ke hobi ini, kami yakin bahwa hobi ini akan semakin diminati dan disayangi oleh masyarakat di masa mendatang.

Bagikan artikel ini ke orang-orang di sekitarmu, karena berbagi berarti peduli!

Kategori
Propagasi & Transplantasi

8 Cara Merawat Bibit Agar Tumbuh Sehat dan Kokoh

Foto bibit oleh Zoe Schaeffer di Unsplash

Sewaktu tunas dari benih yang ditanam mulai bermunculan dari tanah, kamu mungkin akan menghela napas lega. Dengan menutup mata dan menarik nafas, kamu mulai membayangkan tanaman yang kamu tanam itu tumbuh dan berkembang memenuhi potensinya; menghasilkan banyak bunga atau sayuran untukmu, ataupun mempercantik dan meneduhkan rumahmu.

Ketika kamu membuka mata, serangkaian kekhawatiran baru mulai merasuk ke kepalamu. Kamu punya tugas untuk mengasuh “bayi” yang baru lahir untuk waktu yang singkat, sementara cuaca di luar ruangan tidak sesuai dengan bayanganmu. Disinilah perjalanan dalam merawat bibit agar tumbuh sehat dan kokoh dimulai.

Saat kamu menyemai benih di dalam ruangan, semaian yang baru bertunas itu akan sangat bergantung kepadamu—termasuk urusan diberi makan. Beberapa pekebun berfikir kalau tanaman akan tumbuh lebih cepat kalau diberi pupuk sejak dini. Akan tetapi, walaupun semaian itu terlihat rapuh, justru sebenarnya mereka cukup kuat.

Hanya saja, mereka lebih membutuhkan air daripada nutrisi tambahan, serta kelembapan dan cahaya yang tepat di minggu-minggu awal kehidupannya. Mereka sudah memiliki cadangan makanan yang cukup dari kotiledon, setidaknya hingga daun sejatinya tumbuh dan mulai bisa berfotosintesis. Barulah setelah itu, kamu baru bisa memberi tambahan makanan untuknya, mengikuti aturan-aturan yang umum.

Lalu, apa saja yang harus kamu lakukan agar bibit ini bisa tumbuh sehat dan kokoh dan memenuhi potensinya?

Siangi Bibit Secukupnya

Tanaman tidak suka tempat tumbuh yang terlalu ramai dan rapat; begitu juga dengan bibit yang kamu tanam. Mereka memerlukan cahaya dan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh. Kalau terlalu banyak benih yang disemai sehingga tempat tumbuhnya berdesakan, mereka tidak akan bisa tumbuh memenuhi potensinya. Maka sebaiknya, siangi atau cabuti beberapa tunas untuk memberikan ruang tumbuh bagi tanaman baru. Perhatikan juga bentuknya; jika memungkinkan, petik yang ukuran atau bentuknya terlihat kurang baik.

Beri Cahaya yang Cukup

Alfa juga pakai lampu tanam untuk tanaman hias di dalam ruangan, lho!

Sesaat setelah tunas muncul ke permukaan media tanam, ia akan mencari sumber cahaya. Tunas-tunas yang baru mekar ini membutuhkan cahaya dalam jumlah besar secara langsung, tidak terhalang apapun. Meletakkan mereka di jendela yang menghadap ke Selatan atau Timur adalah salah satu langkah awal yang baik, tapi terkadang itu belum cukup. Ada kemungkinan bibit tumbuh membelok karena cahaya yang didapatkannya tidak cukup.

Untuk mendapatkan bibit yang sehat dan kuat, berikan sumber cahaya langsung yang banyak. Jika kekurangan, tambahkan dengan lampu tanam LED yang hemat energi dan tidak terlalu panas, ataupun lampu TFT berwarna putih tepat diatas nampan atau wadah semaian. Beri jarak yang cukup supaya daun tanaman tidak mudah gosong.

Jaga Semaian Tetap Lembap

Semaian suka dengan kondisi yang lebih lembap, sekalipun bagi jenis tanaman yang (saat ia dewasa) bisa hidup di tempat kering. Tapi kamu tidak perlu menyiramnya setiap hari, ataupun malam hari. Media tanam atau tanah yang terlalu basah akan mendorong tumbuhnya penyakit yang suka kelembapan tinggi, seperti jamur embun tepung (powdery mildew). Maka dari itu, jagalah kelembapan pada semaian, dan juga aliran udara di tempat kamu menanam, supaya tidak mengundang jamur-jamur tidak diinginkan.

Biarkan air meresap sampai ke permukaan atas media tanam.
Itu artinya, tanahnya sudah tersaturasi oleh air…

Kamu bisa mencoba metode mengairi semaian dari bawah (butt-chugging / bottom-watering). Untuk melakukannya, gunakan nampan terpisah yang bukan nampan semai, kemudian beri air, dan taruh nampan semaianmu diatasnya. Sesuai hukum Fisika, gaya kapiler akan membuat air sampai ke permukaan atas media tanam atau tanah yang kamu gunakan, tetapi tidak membanjirinya.

Memberi Makan Bibit Tanaman

Kapan Bisa Mulai Memberi Pupuk ke Semaian

Zahra memberi pupuk pada bibit
Tunggu sampai ada setidaknya 2 daun sejati, ya! Sampai 4 juga boleh,
tapi jangan terlalu lama…

Saat semaian muncul dari tanah atau media tanam yang kamu gunakan, mereka masih bisa makan dari cadangan makanan yang dibawa di benih. Pasangan daun yang pertama muncul bukanlah daun sejati, melainkan kotiledon atau daun benih, yaitu bagian dari benih atau embrio dari tanaman.

Kotiledon memiliki sisa cadangan makanan yang tersimpan di benih, dan mereka yang akan bertanggung jawab untuk memberi makan semaian sampai daun sejati muncul dan tanaman tersebut bisa mulai berfotosintesis.

Biasanya, kotiledon akan menghilang sesaat setelah daun sejati muncul dan mulai berfotosintesis. Di saat inilah tanaman sudah mulai membutuhkan tambahan makanan, atau pupuk, untuk tumbuh dengan lebih maksimal.

Tips

Sebelum kamu mulai memberi makanan tambahan untuk tanaman, pastikan kamu menggunakan media tanam atau campuran tanah yang tidak mengandung pupuk. Karena sebenarnya ada campuran tanah yang sudah ditambahkan kompos atau pupuk kandang sebagai pupuk organik, dan ada juga yang tidak (masih steril).

Jika campuran ini memiliki pupuk di dalamnya, kamu tidak perlu lagi menambahkan pupuk. Dan kedepannya, karena benih sudah bisa memberi makan dirinya sendiri saat masih bertunas, maka kamu tidak perlu menggunakan media tanam berpupuk. Selain lebih murah, yang lebih penting adalah kamu bisa mengatur berapa banyak dan jenis makanan apa saja yang dikonsumsi oleh tanamanmu.

Memilih Pupuk

Semaian baru biasanya memerlukan pupuk yang kaya akan Fosfor (P), karena mineral ini menstimulasi pertumbuhan akar dan juga salah satu komponen yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Cari pupuk yang memiliki rasio 1-2-1 NPK (nitrogen-fosfor-kalium) di labelnya. Dan jika bisa, carilah yang berbentuk cair atau serbuk yang bisa diencerkan, supaya lebih mudah dan cepat diserap oleh tanaman. Kamu juga bisa memilih antara pupuk organik ataupun sintetis, tergantung preferensi pribadi saja.

  • Pupuk sintetis
    Jika kamu memilih untuk menggunakan pupuk jenis ini, beri makan tanamanmu setidaknya 2 minggu sekali. Dan jangan lupa untuk mengencerkannya setidaknya 2x dari rekomendasi di label, karena semaian muda sangat rentan, dan jika diberi pupuk yang terlalu banyak akan beresiko membakar tanaman. Semaian mampu bertahan bahkan hanya 1/4 dari rekomendasi penggunaan pupuk di label, yang biasanya direkomendasikan untuk tanaman dewasa.
  • Pupuk Organik
    Ada beberapa pupuk organik cair maupun padat yang tersedia di pasaran, walaupun seringnya mereka susah dicari. Campuran dari emulsi ikan dan rumput laut (kelp) bisa memberi tambahan nutrisi untuk tanaman barumu, dan mengurangi resiko terbakar karena kelebihan pupuk. Jika kamu menggunakan pupuk organik, berikan setidaknya seminggu sekali, kecuali ada informasi rekomendasi dosis yang disertakan. Sebaiknya beri makan semaianmu sedikit-sedikit tapi reguler, daripada sekaligus banyak dalam satu waktu, untuk menghindari resiko akar terbakar karena terlalu banyak pupuk.
  • Opsi Lain
    Campurkan pupuk granule ke dalam media tanam atau tanah yang kamu gunakan. Banyak pekebun melakukannya saat mereka akan memindahkan semaian ke tempat penanaman yang lebih besar. Tetapi perlu diingat, pupuk granule membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat larut di tanah. Jadi, sebaiknya campurkan ia saat kamu baru selesai menyemai, supaya ketika harus pindah tanam, media tanammu sudah siap. Dan untuk mencegah resiko membakar akar tanaman baru, campurkan di bagian yang agak bawah. Dengan begitu, akar tanaman juga akan terstimulasi untuk mencari makanan hingga ke dasar pot.

Ketahui Kapan Saat Semaian Sudah Mendapat Makanan yang Cukup

Kamu perlu menjalankan eksperimen dengan mencoba mengaplikasikan rasio pupuk yang tepat, dan mengatur periode pengaplikasiannya. Catat dan cermati apa yang terjadi pada tanamanmu. Tanaman yang pertumbuhannya melambat dan tubuhnya kurus, biasanya dikarenakan pupuk yang terlalu banyak. Jika hal ini terjadi pada tanamanmu, kurangi pengaplikasian pupuknya. Pada masa pertumbuhan di awal, yang harus jadi fokusmu adalah pertumbuhan akar yang kuat dan sehat, daripada banyak daun tetapi lemah di akar.

Perlu diperhatikan juga, tiap tanaman—sekalipun spesies yang sama—bisa memiliki reaksi yang berbeda terhadap pupuk. Fokuslah untuk melatih kemampuan memupuk, supaya nantinya kamu bisa memperkirakan berapa banyak makanan yang dibutuhkan si tanaman pada fase pertumbuhan tertentu. Dengan begini, tanaman juga akan memperkuat dirinya, sehingga saat masa pindah tanam tiba, mereka bisa tumbuh dengan baik di luar ruangan.

Jaga Supaya Tanaman Tidak Tumbuh “Kutilang”

Calon-calon semaian tumbuh “kutilan” miring-miring, nih!

“Kutilang” adalah akronim dari kurus-tinggi-langsing, yaitu semaian tanaman yang batangnya tumbuh terlalu panjang tetapi kurus, pucat dan lemas sehingga tidak bisa menopang tubuhnya dikarenakan kekurangan cahaya. Kebanyakan juga tubuhnya melengkung karena membelok mengikuti arah sumber cahaya.

Tips

Pasang kipas kecil di dekat semaianmu, dan arahkan ke mereka dengan kecepatan paling rendah, dan ubah-ubah arahnya setiap hari. Hembusan angin ini berguna untuk memacu pertumbuhan tanaman agar jadi lebih kuat. Selama beberapa saat, laju tumbuh semaianmu mungkin akan melambat. Tapi jangan khawatir, ini pertanda kalau mereka dapat merasakan hembusan angin besar yang bisa merobohkannya, makanya mereka akan memperkuat akar dan batangnya.

Saran-saran Lain Soal Pembibitan

  • Ada beberapa pekebun yang percaya kalau merendam benih terlebih dahulu dan ditambahkan dengan irisan bawang putih akan meningkatkan daya tahan benih terhadap penyakit seperti jamur.
  • Ada juga orang yang menyarankan untuk menambahkan abu dari hasil pembakaran kayu untuk meningkatkan unsur Kalium / Potassium—salah satu nutrisi makro (dari NPK) yang dibutuhkan tanaman.
  • Kayu manis (cinnamon) bisa meningkatkan daya tahan terhadap jamur, dan juga membasmi jamur yang menyerang semaian.

Jadi begitu ya, temenanem. Untuk mendapatkan semaian/bibit yang sehat dan kokoh tidak bisa asal lempar lalu ditinggalkan dan akan tumbuh sendiri. Jika kita ingin mendapatkan hasil yang maksimal, maka inilah usaha-usaha yang harus kita lakukan sejak awal.

Selamat menumbuhkan bibit! 🌱💪🏼


Kredit foto oleh Zoe Schaeffer di Unsplash

Kategori
Propagasi & Transplantasi

9 Kesalahan Umum pada Saat Menyemai Benih

Menyemai benih bisa jadi tantangan tersendiri. Untuk meningkatkan peluang suksesmu secara signifikan, hindari beberapa kesalahan umum dalam menyemai berikut ini.

Tidak Memberi Cahaya yang Cukup

semaian benih yang kekurangan cahaya

Agar bibit tumbuh menjadi tanaman yang kokoh dan sehat, ia memerlukan banyak cahaya. Sekalipun banyak orang berkata cahaya dari jendela sudah cukup, pada kenyataannya, tidak seperti itu. Kamu bisa menambahkan cahaya buatan supaya kebutuhan cahaya bibit tanaman baru ini terpenuhi dengan menggunakan lampu tanam khusus yang sudah disesuaikan. Tapi jika kamu ingin opsi yang lebih ekonomis, kamu bisa menggunakan lampu TFT berwarna putih (cool) dan kuning (warm).

Gantung lampu sekitar 8 cm dari permukaan semaian, dan atur ulang tingginya saat bibit mulai tumbuh agar daunnya tidak terbakar. Saat bibit mulai bertunas, nyalakan lampu 12-16 jam per hari. Supaya kamu tidak lupa, bisa juga menggunakan timer otomatis, jadi hanya cukup diatur sekali saja.

Menyiram Terlalu Sedikit atau Terlalu Banyak

kesalahan umum saat menyiram tanam

Banyak atau sedikitnya air yang kamu siramkan ke bibit tanaman sangat menentukan kualitas bibitnya. Penyiraman menjadi aspek paling menantang dalam hal pembibitan, karena bibit sangat lunak dan peka. Media tanam yang kamu gunakan juga sebaiknya yang steril, dan usahakan saat menyiram membuatnya jadi lembap, bukan banjir dan tergenang.

Untuk meningkatkan kesuksesan menyemai benih, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan:

  • Buat rumah kaca mini atau sungkup dengan plastik transparan untuk menjaga kelembapan media tanam, dan biarkan hingga tunas tanaman muncul.
  • Siram dari bawah pot atau kontainer pembibitan dan biarkan akar tanaman mencari air sendiri melalui lubang-lubang di bawah pot. Resiko menyiram terlalu banyak bisa dihindari dengan cara ini. Dan jangan lupa untuk mengecek bagian atas media tanam atau tanah, apakah sudah lembap atau belum.
  • Cek kelembapan tanah atau media tanam setidaknya 1 kali per hari.

Baca juga: Ep. 08 – Kesalahan Umum Saat Menyemai Benih

Melakukan Pembibitan Terlalu Cepat

Banyak tanaman tidak tahan terhadap kondisi suhu yang terlalu dingin, sehingga jika dipaksakan mengekspos mereka dalam kondisi demikian hanya akan membuat stres. Karena itu, selalu cek suhu harian dan bandingkan dengan tanggal akhir musim dingin di tempat tinggalmu.

Bibit tanaman yang stres lebih mudah diserang hama dan penyakit. Dan bibit yang dihasilkan dari dalam ruangan juga harus dikenalkan ke kondisi luar ruangan secara berkala, sekitar 6 minggu setelah kamu memulai penyemaian.

Meletakkan Benih Terlalu Dalam

menyemai benih terlalu dalam

Benih tanaman termasuk rewel soal seberapa jauh mereka harus dipendam di tanah atau media tanam. Beberapa benih malah perlu kegelapan total untuk berkecambah, tetapi ada juga yang membutuhkan cahaya sangat banyak supaya bisa berkecambah.

Kemasan benih yang berasal dari distributor ternama biasanya memiliki informasi kedalaman penanaman. Jika tidak ada informasi pada kemasan, aturan praktisnya adalah menanam benih sedalam 2-3 kali lebarnya. Menentukan kedalaman ini memang agak rumit. Kalau kamu tidak yakin, letakkan saja di sisi terdangkalnya.

Untuk benih yang membutuhkan cahaya untuk berkecambah, pastikan benih bersentuhan dengan media tanam yang digunakan, tapi tidak tertutup. Untuk melakukannya, sedikit padatkan media tanam dan letakkan benih di area yang sudah dipadatkan itu, tapi pastikan benih masih terbuka.

Pindah Tanam Terlalu Cepat

Tanaman tidak seperti manusia yang bisa diberikan perlakuan “tough-love”. Mereka akan mati dengan cepat, atau jadi terlalu lemah dan kemudian gagal untuk tumbuh. Bahkan tanaman yang paling tangguh pun, ketika muda, membutuhkan perhatian dan perawatan ekstra.

Sebelum pindah tanam, ada proses adaptasi (hardening off)—atau dikeluarkan secara bertahap ke luar ruangan—yang mesti dilakukan terlebih dahulu. Proses ini memastikan agar bibit bisa beradaptasi perlahan, dan tidak terlalu stres akibat kondisi luar ruangan yang sedikit berbeda misalnya seperti angin, hujan dan cahaya matahari.

Proses ini sangat sederhana, tapi memang memakan waktu cukup banyak, karena kamu harus mengeluarkan dan memasukkan bibit setiap hari—mulai dari 1 jam di hari pertama, lalu bertahap naik ke 6-8 jam selama 8-10 hari kedepan. Jika kondisi di luar sedang hujan deras atau angin terlalu kencang, sebaiknya kurangi sesi adaptasi ini.

Menyemai Benih Terlalu Banyak

menyemai benih terlalu banyak

Ketika menyemai benih, mulailah dengan sedikit saja, apalagi kalau kamu masih pemula. Kalau kamu menyemai lebih banyak daripada yang sanggup kamu urus dan saat akan dipindahtanam nanti jumlahnya terlalu banyak dan mungkin tempat pendewasaannya tidak cukup, maka terpaksa bibit sisa mesti dibuang. Sayang, kan?

Media Semai Terlalu Dingin

Agar benih dapat berkecambah, jaga kondisi agar tidak terlalu dingin, yaitu sekitar 18-24℃. Saat benih mulai berkecambah, biasanya mereka bisa mentoleransi pada suhu yang fluktuatif tapi masih di rentang normalnya. Apapun jenis cahaya yang kamu gunakan, buatan ataupun alami, pastikan ia menghasilkan panas yang cukup.

Lupa Memberi Label pada Semaian

jangan lupa memberi label pada semaian

Supaya semaian mudah diidentifikasi, dan mempermudah kamu dalam merawat, pastikan untuk memberikan label. Tandai dengan label tanaman atau stik es krim berisi info nama tanaman dan tanggal semai. Info ini sudah bisa mempermudah kamu dalam memberikan perawatan lanjutan kedepannya.

Terlalu Cepat Menyerah

Menyemai benih bisa menjadi proses yang paling melelahkan. Tidak jarang juga menyulitkan. Tetapi salah satu manfaat utama dari kegiatan ini adalah kenikmatan yang bisa kamu dapatkan saat menuai hasilnya nanti. Entah itu buah Tomat yang merah dan manis ataupun bunga Mawar yang wangi dan berkelopak besar.

Menumbuhkan tanaman dari benih membutuhkan dedikasi, perhatian dan waktu. Kamu akan membuat kesalahan sepanjang jalan, tapi jangan menyerah. Hasil akhirnya jauh lebih besar daripada tantangannya.

Semangat menanam! 💪🏼


Kredit foto oleh Zoe Schaeffer di Unsplash

Kategori
Propagasi & Transplantasi

Menanam Sayur Mulai dari Benih atau Bibit?

Kamu mungkin salah satu orang yang bingung harus memilih menanam sayur dari benih atau bibit, kan? Kamu bisa menanam dari benih atau membeli bibit yang sudah siap pindah tanam dari toko pertanian di sekitar tempat tinggalmu, atau dari online marketplace. Meskipun harga benih jauh lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pembibitan sayuran, tapi ada faktor lain yang perlu kamu pertimbangkan dalam mengambil keputusan. Apakah itu?

Menanam sayuran dari benih mungkin tidak praktis untuk tanaman yang memerlukan musim tanam yang panjang di daerah dengan musim tanam pendek. Itulah mengapa, kalau menyangkut tanaman musim panjang seperti tomat, paprika, dan terong, sebagian besar pekebun lebih memilih untuk membeli bibit atau tanaman pot yang sudah mapan (atau siap pindah tanam) dari penjual bibit — atau menyemai benih di dalam ruangan beberapa minggu sebelum waktu tanam.

Cara Memilih Antara Benih atau Bibit Saat Menanam Sayur

Sebelum memilih, ada 3 pertanyaan yang mesti bisa kamu jawab, yaitu:

  1. Apakah sayuran ini mudah ditanam dari benih?
  2. Apakah musim tanamnya cukup panjang jika sayur itu ditanam dari benih?
  3. Apakah sayuran itu bisa dipindahtanamkan dengan mudah?

Jawaban atas tiga pertanyaan ini akan menentukan bagaimana kamu memulai berkebun sayuran. Dan tentunya, jawabanmu juga akan bergantung pada iklim regional tempat kamu tinggal, ya.

Di Bumi belahan Selatan di mana musim tanam berlangsung dari Februari hingga November, ada banyak waktu untuk menanam tomat dan paprika dari benih, tetapi di bumi belahan Utara di mana musim tanam hanya berlangsung selama lima bulan, pekebun mungkin sudah akan kehabisan waktu.

Kemasan benih yang kamu gunakan juga biasanya menyediakan banyak informasi untuk membantu menentukan pilihan. Jika kamu membeli benih dari distributor atau perusahaan benih ternama, ada beberapa info yang selalu mereka cantumkan, antara lain:

  1. Waktu Tumbuh. Info ini memberitahu kamu berapa lama tanaman tersebut akan siap dipanen setelah benih bertunas. Jika paket menunjukkan waktu 75 hari, maka kamu tidak akan mendapatkan hasil panen sampai setelah waktu itu.
  2. Waktu Semai. Di kemasan benih biasanya juga ada informasi kapan benih harus ditanam—relatif terhadap penanggalan musim dingin terakhir (last frost date) di daerahmu (untuk yang tinggal di negara empat musim). Dengan demikian, untuk “mencuri start”, benih harus disemai di dalam ruangan, mulai dari delapan minggu sebelum akhir musim dingin.

Sayuran yang Harus Langsung di Semai di Kebun

menanam sayur langsung di kebun atau pot

Tanaman umbi-umbian dan sayuran dengan akar tunggang yang panjang, seperti wortel pada umumnya tidak dapat dipindahkan dengan baik dan harus disemai langsung di tanah atau di pot. Beberapa tanaman yang tumbuh cepat seperti kacang polong dan labu-labuan (squash), tidak mendapat manfaat ekstra jika ditanam di dalam ruangan karena tanaman ini harus disemai langsung di kebun.

Berikut ini beberapa sayuran umum yang biasanya ditanam langsung dari benih di tempat penanamannya hingga siap panen:

  • Bawang Putih
  • Selada
  • Okra
  • Parsnip
  • Kacang Polong
  • Rutabaga
  • Squash
  • Salsify

Sayuran yang Bisa Dipindah-tanamkan sebagai Bibit

menanam sayur dari bibit

Sekalipun hampir semua jenis sayuran bisa ditumbuhkan dari benih, tetapi ada juga sayuran yang waktu tumbuhnya lama. Maka biasanya mereka disemai di nampan khusus terlebih dahulu di dalam ruangan lalu dipindahkan bertahap hingga di usia tertentu, atau jumlah daun tertentu. Beberapa sayuran yang bisa diberi perlakuan ini antara lain:

Sayuran yang Ditanam dari Akar atau Bulba

menanam sayur dari benih atau bibit: akar tunggang

Lalu ada beberapa sayuran yang biasanya tidak ditanam dari biji atau bibit sama sekali, tetapi dari bagian akar, batang atau umbi:

  • Artichoke
  • Asparagus
  • Bawang Putih
  • Kentang
  • Rhubarb
  • Bawang Merah
  • Horseradish
  • Bawang Bombay
  • Ubi Manis
  • Singkong

Apa pun pilihanmu—penyemaian langsung, memulai benih atau membeli bibit—yang terbaik adalah menyusun strategi dengan baik sebelum waktu tanam. Taruh tanaman di tanah sedini mungkin sehingga mereka punya waktu untuk menyesuaikan diri dengan cuaca yang menghangat dan memberi mereka musim tanam terlama.

Kategori
Cara, Tips & Trik Menanam Tanah & Media Tanam

3 Macam Cocopeat yang Bisa Digunakan di Kebunmu

Sebagai salah satu media tanam populer dalam berhidroponik, cocopeat memiliki banyak kelebihan, terutama untuk pehidroponik pemula.

Aku menemukan banyak sekali artikel yang berhubungan dengan cocopeat, namun setelah dibaca, ada banyak info yang tidak tepat sehingga berpotensi misleading atau menimbulkan pemahaman yang keliru. Referensi yang ada disini disarikan dari berbagai jurnal ilmiah dan info dari orang-orang yang ahli dalam bidang berkebun (dan pertanian pada umumnya). Semoga bisa membantu.

Apa itu Cocopeat?

Pertama-tama, kamu sebaiknya tahu apa itu cocopeat sebenarnya.

Biasanya, kalau kita menonsumsi kelapa, yang dikonsumsi hanyalah daging buah dan airnya saja, yang rasanya enak dan segar. Husk atau sabut kelapa dianggap sebagai limbah. Semua material yang ditunjukkan ilustrasi di bawah ini mulai dari exocarp hingga testa adalah produk tidak terpakai…sampai akhirnya beberapa orang menyadari kalau material “sampah” itu bisa digunakan untuk berkebun dan kebutuhan rumah tangga.

Foto milik Tetrapak.com

Bagian yang ada diantara exocarp hingga testa bisa dikategorikan sebagai sabut kelapa atau coconut coir. Ada dua (2) jenis serat yang bisa dikategorikan sebagai sabut — coklat dan putih. Sabut coklat berasal dari kelapa yang matang dan tua, sehingga teksturnya lebih keras, tetapi ia lebih kuat dan tidak mudah hancur. Sedangkan sabut putih berasal dari kelapa yang masih muda dan belum matang, memiliki tekstur yang lebih lentur tetapi mudah hancur.

Dan hampir semua sabut kelapa yang digunakan untuk berhidroponik adalah sabut coklat, karena ia pun juga diproses terlebih dahulu sebelum digunakan, sehingga bisa tahan lebih lama.

Bagaimana Cara Pembuatan Cocopeat?

Agar sabut kelapa bisa digunakan untuk berhidroponik maupun kebutuhan berkebun lainnya (ia juga bisa digunakan di kebun organik, lho!), cocopeat akan melewati pemrosesan panjang dan lama terlebih dulu.

Pertama, batok kelapa yang sudah diambil daging dan airnya, direndam dengan air untuk melunakkannya dan membuatnya lebih mudah dilepas. Perendaman ini bisa dilakukan dengan menggunakan air laut maupun air tawar. Jika menggunakan air laut, maka saat pemrosesan, sabut harus diguyur dengan air bersih untuk melunturkan garam-garamnya.

Lalu setelah lunak dan bisa dirobek dengan mudah, sabut kelapa dikeluarkan dari perendaman dan kemudian dijemur. Proses penjemuran ini memakan waktu yang cukup lama — bisa sampai 1 tahun. Setelah proses pengeringan yang panjang, sabut-sabut itu akan dipadatkan sehingga membentuk bongkahan. Ada juga yang langsung dicacah menjadi berbagai ukuran — kepingan besar, kepingan kecil, hingga serbuk hasil penggilingan.

Setelah itu, barulah produk media tanam ini siap untuk dikemas sesuai dengan kebutuhan pemasaran dari pabrik yang mengolahnya.

Pro & Kontra Penggunaan Cocopeat

Ada banyak manfaat yang bisa kamu dapatkan dengan menggunakan cocopeat. Tetapi, seperti media tanam yang lain, ia juga memiliki kekurangan, yang menurut saya tidak sulit untuk dihilangkan.

Keunggulan Cocopeat

Mempermudah kamu yang sudah biasa menanam di tanah untuk bertransisi ke hidroponik — Kamu bisa tetap memiliki kebun yang penampilannya menarik seperti jika berkebun di tanah, namun menggunakan campuran cocopeat. Kembali ke kreativitasmu sebagai pekebun saja untuk mengaturnya. Tapi yang perlu diingat, kamu tetap harus melakukan penyiraman larutan nutrisi, karena cocopeat memiliki sifat inert alias netral, jadi tidak mengandung nutrisi dan pH sama sekali.

Menahan kelembapan dengan sangat baik — Cocopeat adalah media tanam yang punya retensi atau kemampuan menahan air paling baik. Ia bisa menahan air hingga sepuluh kali (10x) bobot tubuhnya, sehingga tanaman tidak akan cepat dehidrasi.

Aman untuk lingkungan — Ia bisa dipakai beberapa kali untuk menanam. Aku biasa menggunakannya hingga tiga kali (3x) untuk menghemat, dan kondisinya pun baik-baik saja, tanaman yang dihasilkan pun masih baik.

Tidak disenangi serangga — Serangga tidak terlalu senang untuk “nongkrong” di cocopeat. Ini membuatnya bisa membantumu mengatasi masalah serangga. Tetapi dari pengalamanku sendiri, jika aerasi di media tanam cocopeat tidak terlalu baik, ada saja hama atau penyakit yang menyerang, terutama yang berbentuk fungi atau jamur.

Cocok untuk pemula yang tidak mau menggunakan sistem hidroponik yang rumit — Cocopeat sangat sesuai untuk digunakan sebagai media tanam di sistem hidroponik statis seperti sistem sumbu ataupun guyur. Sampai saat ini, aku pun masih menggunakan sistem guyur untuk beberapa tanaman, termasuk pembenihan.

Kelemahan Cocopeat

Lembam / inert — Ini berarti, cocopeat tidak mengandung nutrisi dan pH sama sekali. Oleh karena itu, kamu harus mengaturnya sendiri. Berbeda dengan banyak artikel yang berkata kalau cocopeat memiliki pH yang rendah, sehingga sesuai untuk hidroponik. Pada kenyataannya, ia memiliki pH yang netral sehingga harus diatur terlebih dulu.

Perlu tambahan nutrisi mikro — Seringkali ditemukan tanaman kekurangan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) jika menggunakan cocopeat sebagai media tanam, sehingga harus ditambahkan sendiri. Aku belum menemukan penyebabnya. Kapan-kapan aku tambahkan informasi itu jika sudah ketemu.

Harus dilembapkan terlebih dulu — Cocopeat dikemas dalam bentuk kering agar ringan. Karena itu, ia harus dibasahi terlebih dulu sebelum dipakai. Yang enaknya adalah, kegiatan ini tidak semerepotkan perawatan pra-tanam dengan rockwool.

Perlu ditambah media lain untuk meningkatkan aerasi — Bentuk cocopeat serbuk yang mudah memadat saat bertemu air dalam jumlah banyak akan menyulitkan akar untuk bernapas. Oleh karena itu, kamu harus mengatur irigasi yang sesuai agar cocopeat tidak menjadi terlalu padat. Dan sebaiknya, kamu mencampurnya dengan media tanam lain seperti perlite, vermicullite, atau pasir kasar (bisa pakai pasir Malang). Ini akan meningkatkan aerasi di perakaran.

Jenis-jenis Cocopeat di Pasaran

1. Serbuk Halus / Cocopeat

serbuk cocopeat
Foto milik Fibredust.com

Sebenarnya kalau menyebut cocopeat di pasaran, ya bentuknya adalah yang serbuk seperti ini. Ini adalah hasil sabut kelapa yang diambil seratnya kemudian digiling halus. Butirannya kecil dan halus, sangat mudah menyerap kelembapan dan air, sehingga jika digunakan sebagai media tanam tanpa dicampur dengan jenis lain akan menyebabkan akar tanaman sesak napas.

Ia harus diproses hingga menua dengan benar dalam waktu lama supaya bisa meluruhkan garam yang berpotensi membunuh tanamanmu kalau kamu tidak berhati-hati. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, pilihlah cocopeat yang kualitasnya baik dan dari produsen terpercaya.

2. Fiber / Serat Kelapa

serabut kelapa
Foto milik noahgardencentre.com.sg

Serat kelapa yang bentuknya seperti ijuk yang bersifat tidak menyerap air ini berfungsi untuk menambahkan kantong-kantong udara di dalam cocopeat. Hanya saja, ia cepat rusak dan hancur, jadi kantong udara di media tanammu akan berkurang seiring waktu.

Sebagai catatan, sebaiknya kalau memilih cocopeat jangan yang terlalu halus tanpa ada serat sama sekali. Dengan begitu, kamu tidak harus menambahkan media tanam jenis lain, jadi tetap bisa menekan biaya yang harus kamu keluarkan.

3. Cocochips / Kepingan

kepingan kelapa
Foto milik vgrove.com

Ini adalah sabut kelapa yang sudah diproses kemudian dipadatkan dan dipotong-potong dengan ukuran besar. Bisa digunakan juga sebagai campuran untuk serbuk dan serat kelapa yang sudah kamu beli. Karena ukurannya besar, bisa meningkatkan aerasi di perakaran, sekaligus membantu menyerap dan menyimpan larutan nutrisi dalam waktu cukup lama, sehingga tanamanmu tidak mengalami dehidrasi.

Cara Memilih Cocopeat yang Berkualitas

Faktor paling penting untuk menghasilkan cocopeat yang berkualitas adalah bagaimana ia dipanen, disiapkan, dan diproses. Karena faktor-faktor ini bukanlah sesuatu yang bisa kamu kontrol, makanya sebaiknya kamu memilih penyedia/produsen yang memang menjalankan praktik produksi terbaik.

Setelah sabut dipisahkan dari kelapa, ia disimpan dalam tumpukan selama beberapa tahun. Ini membuatnya berisiko terkena patogen karena pH normal yang dimiliki sabut kelapa. Sebagian besar produsen yang mengalami ini akan mensterilkan sabut dengan bahan kimia, sehingga siap digunakan di kebun. Ini memiliki risiko juga, karena ia dapat secara prematur memecah serat dan gambut, dan membuatnya hancur lebih cepat.

Pabrikan cocopeat yang terbaik akan mengontrol produksinya dengan seksama, dengan cara: – Menghindari situasi kondusif untuk munculnya patogen. – Memiliki sistem tersendiri yang dapat memonitor proses penuaan sabut kelapa. – Mencuci dan membilas sabut agar bebas dari garam. – Mencampur serbuk, serat dan kepingan untuk menciptakan media tanam berbasis kelapa yang seimbang. – Mengemas dan menyimpan produk mereka secara tepat.

Kalau kedengarannya repot… YA MEMANG! Untungnya kamu tidak perlu melakukan hal demikian. Kalau ke toko pertanian, tanyakan apa cocopeat yang paling berkualitas, dan bagaimana efeknya terhadap tanaman.

Nutrisi Apa yang Sesuai untuk Digunakan Bersama Cocopeat

Karena sabut kelapa adalah media tanam yang inert alias tidak memiliki kandungan nutrisi sama sekali, kamu harus memberinya nutrisi agar bisa digunakan untuk menumbuhkan tanamanmu. Ingat ya, ini adalah media tanam hidroponik, sekalipun kamu hanya menggunakan serbuk kelapa saja. Dia tidak akan berubah menjadi media tanam organik siap pakai.

Kalau ada orang yang bilang bahwa cocopeat butuh nutrisi khusus, itu tidak sepenuhnya benar. Hanya saja, jika kamu sudah menemukan tanda-tanda kekurangan kalsium dan/atau magnesium, maka tambahkan saja. Tapi selama ini aku belum pernah mengalami kekurangan dua elemen tersebut dalam level berat, sih. Jadi aku bisa bilang, cocopeat aman dan mudah untuk dipakai.

Kategori
Hidroponik Nutrisi & Pertumbuhan

Pentingnya pH dalam Budidaya Hidroponik

Dalam berhidroponik, mempertahankan kondisi lingkungan tanam yang tepat adalah hal penting yang wajib dilakukan. Tetapi kadang, sekalipun kamu sudah mengatur suhu dan kelembapan udara serta air, menyesuaikan kepekatan larutan nutrisi sesuai preferensi tanaman, hingga mengatur aliran udara di lingkungan tanam, tetapi kalau kamu tidak memperhitungkan faktor pH, pertumbuhan tanaman tetaplah tidak akan maksimal.

Agar dapat memberikan pH yang optimal, kamu harus sedikit mengetahui dasar-dasar ilmu kimia. Untuk kamu yang tidak pernah mendapatkan pelajaran kimia di sekolah lanjut dulu, ini akan sedikit mengintimidasi, mungkin. Tapi jangan takut, karena aku tidak akan membahas persamaan-persamaan kimia yang membingungkan.

Apa itu pH?

pH adalah sebuah ukuran untuk derajat keasaman atau kebasaan (tingkat alkali) dari sebuah larutan, yang dipengaruhi oleh suhu dan kandungan di dalam larutan tersebut.

Skala pH dari Smart Garden Guide

Level pH dari larutan nutrisi ditunjukkan dengan angka 0 – 14, dimana angka 7.0 menunjukkan pH netral seperti gambar diatas. Semakin kecil angkanya dari angka 7.0, berarti larutan tersebut semakin asam; sedangkan semakin besar angkanya dari angka 7.0, itu termasuk larutan basa. Air baku atau air murni memiliki pH yang netral yaitu 7.0, maka tepat untuk dijadikan media tanam hidroponik.

Kalau dilihat dari ilmu kimia dibaliknya, pH adalah hasil dari interaksi antara atom Hidrogen dengan atom Oksigen, dan konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan dari interaksi tersebut. Misalnya seperti molekul air yang terdiri dari dua atom Hidrogen dan satu atom Oksigen (H2O). Tetapi ketika suatu senyawa larut dalam air dan menghasilkan ion bebas (atom / molekul yang memiliki muatan listrik), bisa menyebabkan beberapa molekul air pecah, menciptakan ion Hidrogen bermuatan positif atau disebut dengan kation (H+) dan ion Hidroksida bermuatan negatif atau disebut dengan anion (OH).

pH dari sebuah larutan nutrisi mengindikasikan konsentrasi ion hidrogen bebas yang ia miliki. Air baku memiliki konsentrasi kation dan anion yang sama banyaknya, dimana larutan asam memiliki konsentrasi kation yang lebih tinggi daripada anion, dan larutan basa memiliki konsentrasi kation yang lebih sedikit dari anion. Di level molekuler, memiliki karakteristik yang berbeda, dimana larutan asam memiliki sifat asam dan korosif, sedangkan larutan basa memiliki sifat yang licin dan pahit.

Nilai pH menunjukkan pengukuran logaritmik, yang berarti bahwa setiap bilangan bulat mewakili perbedaan sepuluh kali lipat dalam konsentrasi kation, dan oleh karena itu, perbedaan sepuluh kali lipat dalam kekuatan keasaman atau alkalinitas. Jadi, misalnya, larutan yang pH 3 sepuluh kali lebih asam dari larutan pH 4 dan 100 kali lebih asam daripada larutan yang pH 5—dan seterusnya.

pH untuk Hidroponik

Mengapa pH itu penting untuk Hidroponik?

Di alam bebas, akar tanaman menyerap nutrisi yang terlarut dalam air yang berasal dari senyawa organik dan anorganik yang terdapat di tanah dan bebatuan. Mikroorganisme dan berbagai materi organik mempengaruhi pembentukan dan kesuburan substrat tanah, dimana interaksi berbagai mineral dengan air membentuk air menjadi penyangga / buffer fluktuasi level pH, yang secara alami mengendalikan pH tanah. Dan tanaman-tanaman yang tumbuh di tanah sudah berevolusi dan beradaptasi untuk menyesuaikan diri selama ribuan tahun untuk dapat memanfaatkan pH tanah yang terkontrol ini.

Tanpa keberadaan siklus nutrisi dan interaksi seperti yang terjadi di alam bebas ini, maka petani hidroponik lah yang memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan tanam yang ideal supaya akar tanaman dapat menyerap nutrisi yang vital bagi pertumbuhannya.

Di metode / sistem hidroponik yang manapun, tujuan yang harus kita capai adalah menghantarkan air dan nutrisi ke akar tanaman. Mengatur pH sesuai kebutuhan tanaman adalah cara terbaik untuk memastikan penyerapan air dan nutrisi secara optimal. Jika pH nya tidak sesuai, bisa dibilang, tanaman tetap akan “kelaparan”, karena unsur hara / nutrisi yang dibutuhkan belum bisa diserap secara maksimal.

Berapakah pH yang sesuai untuk budidaya hidroponik?

Sebagai patokan umum, pH terbaik untuk hidroponik ada di kisaran angka 5,5 – 6,5; agak sedikit asam. Tetapi, pH yang optimal untuk tiap tanaman berbeda-beda pada tiap jenis tanaman. Jadi sebaiknya, gunakan tandon larutan nutrisi terpisah untuk kelompok tanaman dengan persyaratan pH yang mirip-mirip. Setiap tanaman pun memiliki titik optimalnya sendiri pada kisaran 5,5 – 6,5. Itulah sebabnya, ada beberapa literatur hidroponik dari luar negeri yang merinci daftar kebutuhan pH pada berbagai tanaman.

Hubungan Antara Ketersediaan Nutrisi dan pH

Istilah ketersediaan nutrisi di hidroponik mengacu pada cara masing-masing senyawa nutrisi menjadi kurang atau lebih tersedia untuk akar tanaman, tergantung pada pH larutan nutrisinya. Artinya, pH memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap beberapa nutrisi. Contohnya Nitrogen (N), Kalium (K) dan Sulfur (S) bisa tersedia dalam rentang skala pH yang lebar, kecuali pada tingkatan yang sangat asam. Tanaman tidak dapat tumbuh di larutan nutrisi yang terlalu asam karena Nitrogen menjadi tidak tersedia, padahal itu adalah senyawa yang sangat diperlukan tanaman untuk tumbuh. Atau misalnya Phosphor, yang tidak akan tersedia di level pH 7.5, tetapi bisa tersedia lagi di pH yang sangat basa—walaupun tidak memungkinkan tanaman untuk tumbuh di situ.

Mengapa bisa begitu?

Tanaman memerlukan nutrisi Makro yang terdiri dari N, P dan K; dan nutrisi Mikro untuk dapat tumbuh dan berkembang. Di hidroponik, nutrisi-nutrisi yang diperlukan tanaman akan dihantarkan langsung oleh air. Oleh karena itu, nutrisinya harus terlebih dahulu larut di dalam air. Variasi pada ketersediaan nutrisi bisa terjadi karena pH mempengaruhi bagaimana senyawa kimia yang berbeda berinteraksi, dan dapat menyebabkan terbentuknya senyawa yang kurang soluble atau kurang larut dalam air.

Misalnya pada Phosphor yang merupakan elemen kimia yang sangat reaktif yang tersedia di alam sebagai senyawa kimia bernama Phosphate (P), salah satu senyawa penting yang diperlukan tanaman, dimana ia bereaksi sangat cepat terhadap Kalsium dan Magnesium di dalam larutan basa/alkali. Sedangkan di larutan asam, Phosphate bereaksi sangat cepat dengan Alumunium dan Ferrum (besi). Reaksi-reaksi ini semua dipengaruhi oleh jumlah kation (H+). Ingat, larutan asam punya lebih banyak dibandingkan larutan basa. Karena senyawa yang terbentuk jadi tidak mudah larut, nutrisi yang diperlukan tanaman jadi kurang tersedia sehingga akar hanya akan menyerap air dan sedikit nutrisi yang mungkin terlarut.

Apa yang Membuat pH Berubah-ubah di Hidroponik?

Hal yang paling membuat petani hidroponik khawatir: penyerapan air dan nutrisi terganggu oleh level pH yang berubah-ubah terlalu sering. Ini sebabnya mengapa pemantauan dan penyesuaian pH secara teratur sangatlah diperlukan agar penanaman sukses.

Beberapa faktor penyebab pH mudah berubah di sistem hidroponik, antara lain:

1. Volume larutan nutrisi

Fluktuasi pH akan semakin besar jika volume larutan mencapai di bawah 1 gallon atau 3,8 L per tanaman, karena ia akan memperbesar perubahan konsentrasi berbagai komponen larutan. Dan pH sangat erat kaitannya dengan konsentrasi larutan ini. Solusinya, pastikan kamu menggunakan tandon larutan nutrisi yang memadai sejumlah tanaman di sistem hidroponikmu. Aturan praktisnya, 4 Liter larutan nutrisi per tanaman, pantau dalam seminggu, dan dalam seminggu itu akan berkurang sekitar 40%. Sesuaikan lagi hingga mencapai 4 Liter larutan nutrisi per tanaman.

2. Media tanam yang digunakan

Beberapa media tanam dapat menyebabkan perubahan pH yang signifikan. Misalnya batu kali, pasir vulkanik, kerikil, dan rockwool. Ini disebabkan karena media tanam ini memiliki kandungan mineral alam, yang dapat turut mengubah pH larutan nutrisi. Cara mencegahnya adalah dengan melakukan perendaman menggunakan larutan asam lemah yang diencerkan air baku dengan perbandingan 1:4L selama 1-2 hari. Setelah direndam, bilas dengan air bersih terlebih dahulu, setelah itu baru bisa digunakan sebagai media tanam hidroponik.

3. Algae dan bakteri

Lingkungan penanaman yang lembap seperti hidroponik mudah diserang oleh algae / lumut dan bakteri. Antagonis organik ini dapat diperangi dengan menjaga larutan nutrisi yang kamu gunakan tetap asam, di kisaran pH 5.5 – 6.5. Selain itu, perhatikan juga kesehatan akar tanaman, karena lumut lebih sering tumbuh di sekitarnya. Jika ada akar mati, buang saja sebelum membawa penyakit.

Cara Mengukur Level pH di Hidroponik

Karena pH larutan nutrisi adalah salah satu faktor penting dalam berhidroponik, kamu harus mengukurnya secara berkala. Selain itu, level pH juga sebaiknya diukur lagi setelah kamu menambahkan pekatan nutrisi dan larutan pH penyesuai (pH Up / Down). Sebenarnya, ada beberapa cara untuk mengukur level pH di larutan nutrisi hidroponik, antara lain:

1. Kertas Lakmus

Cara paling murah, namun tidak efisien serta hasilnya yang paling tidak akurat. Karena ia hanya menunjukkan sebuah larutan bersifat asam/basa saja, tidak menunjukkan keakuratan angkanya.

2. Kit Larutan Tes pH

Pengujian dengan menggunakan kit ini sedikit lebih baik daripada kertas lakmus. Harganya pun tidak terlalu mahal. Namun untuk jangka waktu panjang, tidak efisien.

3. Sensor pH Digital

Alat pengukur atau sensor pH digital seperti gambar diatas ini memang harganya cukup mahal. Tetapi, untuk waktu yang lama akan membantumu mendapatkan hasil tanam yang lebih baik. Selain itu sensor seperti ini usianya panjang, bisa bertahun-tahun digunakan.

Seberapa Sering Harus Mengukur dan Menyesuaikan level pH?

Sebaiknya pengukuran dilakukan seminggu sekali, karena dalam waktu seminggu pertumbuhan tanaman cukup signifikan. Jika hasil pengukurannya menunjukkan angka di luar rentang optimal 5,5 – 6,5 barulah disesuaikan lagi agar mencapai angka optimalnya.

Ada 2 jenis larutan untuk melakukan penyesuaian level pH, yaitu: 1. pH Up -> untuk menaikkan level pH jika hasil pengukuran menunjukkan angka dibawah 5,5 atau terlalu asam 2. pH Down -> untuk menurunkan level pH jika hasil pengukuran menunjukkan angka diatas 6,5 atau terlalu basa

Tetapi, untuk menghindari stres pada tanaman karena penyesuaian pH yang terlalu sering, ada baiknya biarkan tanaman beradaptasi dengan pH yang sedikit diluar rentang optimal 5,5 – 6,5. Tetapi jangan dibiarkan terlalu jauh dibawah 5 atau 7, karena bisa berbahaya untuk tanaman.

pH di Air dengan Kadar Mineral Tinggi (Hard Water)

Jika air yang kamu gunakan termasuk air dengan kadar mineral diatas 50 ppm untuk tiap jenis mineral, bisa dikategorikan sebagai hard water. Air jenis ini cenderung menciptakan pH yang tinggi jika ditambahkan larutan pH Down, dikarenakan kandungan mineral yang sudah terlalu tinggi di dalamnya. Solusi yang bisa kamu lakukan adalah dengan menurunkan kadar mineral menggunakan 2 cara: 1. Nanofiltrasi (atau distilasi); dan 2. Reverse Osmosis (RO), yang mana merupakan cara yang paling efisien, bisa diandalkan setiap saat, dan ekonomis untuk jangka panjang. Walaupun investasi peralatannya agak lumayan.

Pengaturan pH dalam Berbagai Fase Tumbuh Tanaman

Saat berada dalam fase vegetatif, tanaman akan lebih banyak menyerap anion (OH), hingga membuat kation (H+) banyak tersisa dalam larutan nutrisi sehingga membuat pH larutan naik. Tetapi saat memasuki fase generatif / menumbuhkan buah, tanaman akan banyak menyerap kation, sehingga anionnya naik dan membuat pH larutan turun.

Rekomendasi Level pH Optimal untuk Berbagai Tanaman

Buah

TanamanpHTanamanpH
Anggur6,0 – 7,5Pisang5,5 – 6,5
Black Currant6,0Raspberry5,8 – 6,5
Blackberry5,5 – 6,5Red Currant6,0
Blueberry4,0 – 5,0Rhubarb5,0 – 6,0
Melon5,5Strawberry5,5 – 6,5
Markisa6,5Semangka5,8
Nanas5,5 – 6,0

Bunga

TanamanpHTanamanpH
African Violets6,0 – 7,0Freesia6,5
Anggrek Cymbidium5,5Gerbera5,0 – 6,5
Anthurium5,0 – 6,0Gladiol5,5 – 6,5
Anyelir (Carnation)6,0Mawar5,5 – 6,0
Aphelandra5,0 – 6,0Monstera5,0 – 6,0
Aster6,0 – 6,5Kana (Canna)6,0
Begonia6,5Krisan (Chrysanthemum)6,0 – 6,2
Bromeliads5,0 – 7,5Pacar Air (Impatiens)5,5 – 6,5
Caladium6,0 – 7,5Pakis-pakisan6,0
Dahlia6,0 – 7,0Palem6,0 – 7,5
Dracaena5,0 – 6,0Snapdragon / Antirrhinim6,5
Ficus5,5 – 6,0Sri Rejeki / Daun Bahagia (Dieffenbachia)5,0

Herbal

TanamanpHTanamanpH
Basil5,5 – 6,5Mustard Cress6,0 – 6,5
Chives / Kucai6,0 – 6,5Parsley5,5 – 6,0
Fennel6,4 – 6,8Rosemary5,5 – 6,0
Lavender6,4 – 6,8Sage5,5 – 6,5
Lemon Balm5,5 – 6,5Thyme5,5 – 7,0
Marjoram6,0Watercress6,5 – 6,8
Mint5,5 – 6,0

Sayuran

TanamanpHTanamanpH
Bayam5,5 – 6,6Lobak Cina / Turnip6,0 – 6,5
Bawang Bombay6,0 – 6,7Lobak Merah / Radish6,0 – 7,0
Bawang Merah6,0 – 6,7Mentimun / Timun5,8 – 6,0
Bawang Putih6,0Okra6,5
Bawang Prei (Leek)6,5 – 7,0Pak Choi / Sawi Sendok7,0
Buncis6,0Paprika6,0 – 6,5
Bit (Beet)6,0 – 6,5Parsnip6,0
Brokoli6,0 – 6,5Sawi5,5 – 6,5
Brussel Sprout / Cuciwis6,5 – 7,5Selada5,5 – 6,5
Jagung Manis6,0Seledri6,5
Kacang Polong6,0 – 7,0Tomat5,5 – 6,5
Kangkung5,5 – 6,5Terong5,5 – 6,5
Kembang Kol6,0 – 7,0Ubi Manis5,5 – 6,0
Kentang5,0 – 6,0Ubi Ungu / Taro5,0 – 5,5
Kubis6,5 – 7,0Wortel6,3
Labu Kuning5,5 – 7,5Zukini6,0

Daftar Istilah

  • Kation: jumlah ion Hidrogen bermuatan positif (H+)
  • Anion: jumlah ion Hidroksida bermuatan negatif (OH)